Roy mengayuh sepeda balapnya pelan-pelan.
"Ayo, Joe!" seru Roy. Anjing herder itu menyalak kegirangan. Bulunya yang cokelat kehitaman berkilat. Gerak-geriknya melindungi majikannya dari bahaya.
Roy memang selalu jadi pusat perhatian. Ke sekolah dengan sepeda balap dan anjing herder? Itu absurd. Sebuah objek sensasi. Lain waktu telinganya mendengar suara-suara centil, manja, genit, dan menggemaskan. Dia memang keren. Tubuhnya jangkung atletis. Tampan tapi tidak kolokan. Berbeda dari cowok kebanyakan. Senyumnya memang memabukkan, bandel, dan khas berandal.
Roy mengalami segala problematika khas cowok; cinta, persahabatan, dan permusuhan. Tapi itu belum seberapa. Ketika rasa kehilangan yang pekat menghantam Roy, dia menghadapi tantangan terberat. Hanya terpuruk meratapi nasib, melarikan diri pada hal-hal terlarang, atau bangkit dan menjadi lelaki sejati?