Emma benar-benar gamang menerima cincin dan lamaran Farrel. Ia tahu, menerima lamaran pria itu berarti harus mengungkit semua rahasia yang selama ini ia pendam. Ada dorongan yang membuat Emma selalu ingin lari dan menghindari masalah.
Seperti dulu... ketika ia kabur ke Budapest dan meninggalkan Baruna yang hendak melamarnya.
Seperti dulu… ketika ia memilih bekerja di Budapest demi menghindari konflik dengan sang ibu.
Emma kerap bertanya-tanya, seberapa kuat kita mampu memendam perasaan pada seseorang yang tidak selayaknya dicintai? Seberapa jauh kita bisa lari dari kenyataan? Seberapa lama kita bisa hidup dalam penyangkalan?
Kehidupan terkadang menyajian jalan terjal untuk dilalui, tapi kali ini Emma tidak boleh berhenti dan berpaling lagi. Atau, ia akan tidak akan pernah sampai di tujuan, selamanya…