Kuangkat tutup peti mati itu, dan apa yang kulihat membuat jiwaku menggigil oleh rasa takut.
Count itu terbaring di situ, tapi ia seperti telah mendapatkan kembali separo masa mudanya, karena rambut dan kumisnya yang sudah putih berubah menjadi kelabu kehitaman. Bibirnya berlumuran darah segar yang menetes dari sudut-sudut mulutnya, dan mengalir ke dagu dan lehernya. Makhluk mengerikan itu boleh dikatakan memuntahkan darah. Ia terbaring bagaikan seekor lintah yang keletihan karena kekenyangan. Senyum mengejek yang terbayang di wajahnya yang membengkak itu membuatku amat marah.
Inilah makhluk yang sedang kubantu kepindahannya ke London, ke tempat selama berabad-abad yang akan datang ia akan memangsa orang-orang tak berdaya. Kusambar sebuah sekop, lalu kuhantamkan mata sekop ke wajah menjijikkan itu. Waktu itu kulakukan, kepala makhluk itu berpaling dan matanya mengarah tepat kepadaku, membelalak dengan sangat mengerikan. Aku terpaku. Sekop itu terlepas dari tanganku.
Yang terakhir kulihat adalah wajah yang bengkak, berlumuran darah, dan dihiasi senyum jahat yang agaknya akan tetap dibawanya sampai ke neraka jahanam.