Ammar Ihsan Rodhiyyan
Aku bukanlah orang yang pandai beribadah, banyak hal yang aku umpat, bahkan syukurku hanya sedikit. Namun, semuanya berubah saat aku menemukan sebuah buku.
Zaritsa Puteri Cahaya
Namaku Zaritsa, mereka memanggilku si bisu. Tapi, yang bisu adalah mulutku, bukan hidupku. Tiap waktuku adalah tentang bagaimana caranya menebarkan manfaat.
Dengan niat mengembalikan buku itu pada pemiliknya, Ihsan bertemu dengan banyak orang yang mengenal Zaritsa. Dari merekalah Ihsan semakin mengenal Zaritsa. Perjalanan itu mengajarkannya tentang 5 Titik 1 Koma kehidupan.
Namun, saat Ihsan hampir menemukan Zaritsa, ada sesuatu yang memaksa Ihsan berhenti mencarinya. Haruskah perjalanan ini berakhir sia-sia tanpa pertemuan?