Demi ambisi Nanang Syam mengorbankan rencana perkawinannya dengan Ida, tunangannya, untuk menjalankan kontrak penebangan hutan Bumban selama dua tahun. tanpa disangka, ia mendapatkan kecelakaan sehingga harus kehilangan pergelangan tangan kanannya.
Ida akhirnya membatalkan pertunangan mereka.
Dalam kesedihan dan patah semangat, Nanang Syam justru bertemu Bua, seorang gadis Dayak Ngaju, dari dusun di pedalaman Gunung Purei. Dengan ketelatenan Bua, Nanang Syam perlahan-lahan menemukan harapan dan jati dirinya kembali.
Namun Ida mengalami kecelakaan dan ayah Nanang meminta putranya untuk menjalin hubungan kembali dengan ida. Di satu sisi, Nanang masih menyimpan rasa terhadap Ida. tetapi di sisi lain, ia juga amat mengasihi Bua, yang saat itu telah mengandung anaknya. cinta masa lalu dan masa depan membuat Nanang Syam terombang-ambing dalam pilihannya.