Pihak yang ekstrim sampai tega mengecam shopping yang dianggap bagian dari berbagai prilaku setan (baca: buruk); mubazir, boros, foya-foya, suka pamer, serakah dan lain sebagainya. Sementara pihak di seberangnya sangat mencintai shopping dengan alasan; menikmati rezeki, kesenangan hidup, menyegarkan batin, menyalurkan hobi dan lainnya. Nah, dari dua kutub yang bertolak belakang itulah kita mengambil jalan tengah; berbelanjalah, agar berpahala! Kok bisa? Ya, jelas bisa asalkan kita menjadi konsumen yang cerdas. Walau bagaimanapun jua, berbelanja juga memiliki banyak kebaikan. Perekonomian menjadi tumbuh pesat, kesejahteraan menyebar, tenaga kerja terserap, dan lainnya yang tentu tak terlepas dari berjalan mulusnya proses jual beli. Hendaknya kita adalah Muslim sejati yang menjadi malaikat keberkahan tatkala berbelanja. Sebab bagi kita selaku Muslim yang juga konsumen cerdas, berbelanja bukan sekadar pemenuhan kebutuhan, tapi membagikan rezeki bagi pihak-pihak lain. Kita tidak saja bertukar benda atau barang tapi juga berbagi keberkahan.